Syukur Nikmat dan Fastabiqul khairat


Untuk masalah dunia, lihatlah orang-orang yang ada di bawah kita. Misalnya jika kita merasa miskin harta tapi masih memiliki tempat tinggal, maka lihatlah mereka yang hanya tinggal di bawah jembatan.

Untuk mereka yang tinggal di bawah jembatan, lihatlah mereka yang tak sempurna fisiknya. Untuk yang merasa fisiknya kurang sempurna, lihatlah bayi yang lahir ke dunia kemudian di vonis hanya akan hidup beberapa waktu karena penyakit tertentu.

Dan begitulah seterusnya, selalu melihat ke bawah, utamanya di saat kita ditimpa kesulitan.

Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata, Rsulullah Saw bersabda, “Lihatlah orang yang lebih menderita yang berada di bawahmu, dan janganlah melihat orang yang ada diatasmu, karena demikian itu lebih tepat, supaya orang tidak meremehkan nikmat karunia Allah kepadamu” HR Bukhari-Muslim.

Ya, agar kita tidak kufur nikmat, tidak mensyukuri apa yang telah kita nikmati karena sehelai nafaspun adalah nikmat-Nya. Kedipan mata, kesehatan, kebahagiaan yang pernah kita rasakan, itu semua merupakan nikmat yang  tiada pernah bisa kita hitung apalagi membalasnya.

Kewajiban kita adalah mensyukuri semua nikmat-Nya bukan hanya sekedar dengan ucapan lisan melainkan dengan perbuatan, yaitu menggunakan nikmat-nikmat-Nya untuk beribadah mendekatkan diri kepada-Nya. Lagian kan di balik kesulitan kan ada kemudahan.

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS al-Insyirah:5-6).

Tapi kalau untuk masalah akhirat, hendaklah kita melihat orang-orang yang lebih di atas dari kita dalam segi ibadah. Misalnya orang yang belum biasa shalat lima waktu, lihatlah mereka uang istiqomah dan tidak tetap melaksanakan aktivitas sebagaimana mestinya tanpa menganggap shalat sebagai penghambat aktifitas.

Untuk para muslimah yang belum berjilbab, lihatlah mereka yang tampil anggun dengan pakaian muslimahnya, dengan kostum yang langsung di rancang oleh Yang Maha Bijaksana dan Maha Indah.

Untuk orang yang hafalan Al-Qur’annya masih sedikit, lihatlah mereka yang begitu antisias untuk menghafal keseluruhan isi kitab suci itu. Dan tentu saja jangan hanya di hafal, tapi juga di pahami, diamalkan dan di ajarkan.

Begitulah seterusnya, terus melihat dan meneladani mereka yang berusaha istiqomah dengan terus meningkatkan amal ibadah sehingga kita tidak tergolong orang yang celaka atau merugi karena hari kemarin lebih bak dari hari ini atau hari kemarin sama dengan hari ini, berarti tidak ada peningkatan dalam amal baik.

Na’udzubillah, Semoga kita tergolong orang yang beruntung yang bisa menjadikan hari ini jauh lebih baik dari hari kemarin. Aamiin
Mari berlomba-lomba dalam kebaikan!
“Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan.” (QS 2:148)

PENULIS : IRI RAHAYU TOMPUNU
Picture source : nusantaramengaji