NARASI
Semangat seseorang dalam melakukan sesuatu, dipengaruhi oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Menulis misalnya. Sebuah kegiatan yang bukan hanya sebagai bentuk penyaluran hobi atau bakat, tapi juga upaya untuk menebarkan kebaikan. Nah, ketika semangat untuk menulis itu naik dan turun, penting buat kita mencari lingkungan yang dapat menyemangati. Misalnya sebuah komunitas. Hal itulah yang bisa menjadi salah satu alasan seseorang bergabung dalam sebuah komunitas kepanulisan, contonya Forum Lingkar Pena (FLP). Komunitas penulis yang memiliki visi memberikan pencerahan melalui tulisan.
Meski awal mula mengenal FLP hanya lewat dunia maya sekitar tahun 2012 lalu, telah ada percikan pesonanya di hati ini. Rasa penasaran semakin menjadi-jadi ketika ternyata para penggiatnya adalah orang yang aku kenal baik. Belum lagi ketika mendapati buku yang tertera logo FLP di sampulnya. Semakin kagum saja. Kemudian, seiring berjalannya waktu, FLP sudah menjadi bagian dari kesibukanku semenjak lulus dari bangku SMA dan meneruskan pendidikan formal di kota perantauan, Gorontalo. Di kota yang berjuluk Serambi Madinah itulah aku mengenal FLP lebih dekat.
Rasa syukur yang amat mendalam ketika kebersamaan dengan FLP menjadi perantara perjumpaanku dengan penulis-penuls hebat Indonesia. Berjumpa dengan Habiburrahman El-Shirazy dalam sebuah kegiatan akbar yang digelar FLP wilayah Gorontalo membuatku semakin kagum dengan dunia kepenulisan. Di lain kesempatan yang tak kalah istimewa, membersamai Helvy Tiana Rosa yang tak lain merupakan pendiri FLP, ketika promo dan crowdfunding film “Ketika Mas Gagah Pergi” juga menyimpan cerita dan pengalaman yang sangat saya syukuri.
Akhirnya, setelah cukup lama berkecimpung di dalamnya, sepertinya telah tumbuh benih-benih cinta FLP. Mengapa? Berikut lima alasan di antaranya:
1. Memperbaharui semangat
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya. Semangat untuk menulis perlu diperbaharui salah satunya dengan berkumpul dan bersinergi dengan orang-orang yang memiliki minat dan kepedulian yang sama dengan dunia kepenulisan. Maka ketika bertemu dengan para penggiat literasi ini, semangat pun membara kembali dan siap menebarkan inspirasi.
2. FLP Berbeda
Banyak komunitas yang bergerak dalam dunia kepenulisan. Namun setelah mengenal FLP, ternyata ia berbeda. Ada “ruh” yang dimilikinya. Apa “ruh” itu? Sebuah gelora menulis, bukan hanya untuk berkespresi dan menyalurkan hobi, tapi juga untuk menebar cahaya kebaikan kepada orang lain.
3. Menjalin Silaturahim
Namanya sebuah komunitas, pasti terdiri dari banyak orang. FLP yang hadir dengan sangat membuka diri kepada siapapun yang mau bergabung tanpa memandang latar belakang dan profesi, membuat para penggiatnya terus bertambah dari berbagai kalangan. Dengan demikian, terjalinlah silaturahim antar sesama pemerhati literasi.
4. Menambah Wawasan
Selain menambah teman yang senang dengan dunia kepenulisan, bergabung dengan FLP juga menambah ilmu dan wawasan. Menulis adalah menyampaikan gagasan. Gagasan yang disampaikan haruslah berdasarkan pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan dapat diperoleh salah satunya dengan membaca. Maka para pegiat literasi sudah pasti dituntut untuk banyak membaca. Dengan banyak membaca, pengetahuan pasti bertambah.
5.Cara Gabung FLP, Mudah
Cara dan syarat bergabung FLP itu mudah. Cukup berkomitmen untuk mau terus belajar menulis untuk menebarkan kebaikan, dan berusaha aktif serta update tentang event-event FLP baik daerah maupun nasional.
Selain lima alasan di atas, ada satu hal yang juga sangat kusyukuri, yaitu semangat untuk berkarya. Dengan bergabung di FLP dan bersama dengan mereka yang telah memiliki karya berupa sebuah buku, maka akan tersulut semangat untuk berlomba-lomba dalam berkarya. Kini, setelah kembali ke kota asal, Kotamobagu (Sulut), aku melanjutkan kebersamaan dengan FLP Kotamobagu.
Alhamdulillah, lahirlah satu buku solo dan enam antologi semenjak 2017 lalu. Terima kasih Forum Lingkar Pena. Teruslah berbakti, berkarya dan berarti.
#”Tulisan ini dibuat dalam rangka lomba blog dari Blogger FLP pada rangakaian Milad FLP 22”